ujian praktek IX-G
Nama : Intan Yholan Pandini
Kelas : IX - G
Body type | |
Body type | Mid-size SLR |
Sensor | |
Max resolution | 5472 x 3648 |
Other resolutions | 3648 x 2432, 3648 x 2432, 2736 x 1824, 1920 x 1280, 720 x 480 |
Image ratio w:h | 0,126388889 |
Effective pixels | 20.2 megapixels |
Sensor photo detectors | 20.6 megapixels |
Sensor size | Full frame (36 x 24 mm) |
Sensor type | CMOS |
Processor | Digic 5+ |
Image | |
ISO | Auto, 100 – 25600 in 1/3 stops, plus 50, 51200, 102400 as option |
White balance presets | 6 |
Custom white balance | Yes |
Image stabilization | No |
Uncompressed format | RAW |
JPEG quality levels | Fine, Normal |
Optics & Focus | |
Autofocus | Contrast Detect (sensor) |
Phase Detect | |
Multi-area | |
Selective single-point | |
Single | |
Continuous | |
Face Detection | |
Live View | |
Manual focus | Yes |
Number of focus points | 11 |
Lens mount | Canon EF mount |
Focal length multiplier | 1× |
Screen / viewfinder | |
Articulated LCD | Fixed |
Screen size | 3″ |
Screen dots | 1,040,000 |
Touch screen | No |
Screen type | Clear View II TFT LCD |
Live view | Yes |
Viewfinder type | Optical (pentaprism) |
Viewfinder coverage | 97 % |
Viewfinder magnification | 0.71× |
Photography features | |
Minimum shutter speed | 30 sec |
Maximum shutter speed | 1/4000 sec |
Aperture priority | Yes |
Shutter priority | Yes |
Manual exposure mode | Yes |
Subject / scene modes | Yes |
Built-in flash | No |
External flash | Yes (Hot shoe) |
Continuous drive | Yes (4.5 fps) |
Self-timer | Yes (2 or 10 sec) |
Metering modes | Multi |
Center-weighted | |
Spot | |
Partial | |
Exposure compensation | ±5 EV (at 1/3 EV, 1/2 EV steps) |
AE Bracketing | ±3 (3 frames at 1/3 EV, 1/2 EV steps) |
WB Bracketing | Yes (3 frames in either blue/amber or magenta/green axis) |
Videography features | |
Format | H.264 |
Microphone | Mono |
Speaker | Mono |
Resolutions | 1920 x 1080 (29.97, 25, 23.976 fps fps), 1280 x 720 (59.94, 50 fps), 640 x 480 (25, 30 fps) |
Videography notes | 1080 and 720 intra or inter frame, 480 inter frame |
Storage | |
Storage types | SD/SDHC/SDXC |
Connectivity | |
USB | USB 2.0 (480 Mbit/sec) |
HDMI | Yes (HDMI Mini) |
Wireless | BuiltIn |
Remote control | Yes (Remote control with N3 type contact, Wireless Controller LC-5, Remote Controller RC-6) |
Physical | |
Environmentally sealed | Yes (Splash and dust resistant) |
Battery | Battery Pack |
Battery description | Lithium-Ion LP-E6 rechargeable battery & charger |
Weight (inc. batteries) | 770 g (1.70 lb / 27.16 oz) |
Dimensions | 145 x 111 x 71 mm (5.71 x 4.37 x 2.8″) |
Other features | |
Orientation sensor | Yes |
Timelapse recording | Yes (by cable and PC) |
GPS | BuiltIn |
GPS notes | Image tagging and tracking modes |
FILM HABIBIE DAN AINUN ini merupakan film 21 indonesia terpopuler di akhir tahun 2012, dengan alur cerita yang begitu mengugah jiwa yang mampu menghipnotis orang-orang yang menyaksikan film ini. tidak heran jika FILM HABIBIE DAN AINUN menjadi sangat populer dan ceritanya yang di angkat dari kisah nyata seseorang yang luarbiasa hebat dan sangat cerdas, dan pastinya anda juga mengenalnya yaitu bapak "Bacharudin Jusuf Habibie".
Aku tahu ini semua tak adil
Aku tahu ini sudah terjadi
Mau bilang apa aku pun tak sanggup
Air mata pun tak lagi mau menetes
Alasannya seringkali ku dengar
Alasannya seringkali kau ucap
Kau dengannya seakan ku tak tahu
Sandiwara apa yang telah kau lakukan kepadaku
Jujurlah sayang aku tak mengapa
Biar semua jelas telah berbeda
Jika nanti aku yang harus pergi
Ku terima walau sakit hati
Mungkin ini jalan yang engkau mau
Mungkin ini jalan yang kau inginkan
Kau dengannya seakan ku tak tahu
Sandiwara apa, ceritanya apa, aku tahu
Jujurlah sayang aku tak mengapa
Biar semua jelas telah berbeda
Jika nanti aku yang harus pergi
Ku terima walau sakit hati
Jujurlah sayang aku tak mengapa
Biar semua jelas telah berbeda
Jika nanti aku yang harus pergi
Ku terima walau sakit hati
Ku terima walau sakit hati
Saat bintang mulai menampakkan cahayanya di angakasa yang begitu indahnya, roby termenung di kamarnya sambil menatap secarik kertas dari gadis yang bernama anggun. Senyum yang begitu indah terlihat di wajahnya, “apa aku boleh memiliki seorang yang aku cintai?”, kata roby dalam hati yang kemudian mengambil bukunya dan menuliskan kata-kata di lembaran buku itu. Ketika roby sedang asiknya mengungkapkan isi hatinya, terdengar suara dering telephone genggamnya menggangu curahan hatinya. “Hallo..”, jawab roby pada telephonenya. “Hallo roby…ini angggun”. Mendengar nama itu, roby langsung terdiam dan seakan bingung “Anggun??!?..”, Tanya roby bingung. “Ia anggun yang tadi di kampus..masa kamu lupa?”. “Ga kok…aku ga lupa….”, jawab roby. “Aku nunggu telephone kamu, kok ga ngehubungi aku sih?”, tanya anggun. “Hmm…iya…barusan aku mau ngehubungi kamu kok…”, jawab roby. “Wah masa sih?..kalau gitu kita sehati donk..”, kata anggun sambil bercanda. “Eh kamu kok tahu nama aku sih?...”, tanya roby bingung. “Siapa sih yang ga tahu nama kamu…”, jawab anggun sambil bercanda. Mereka berbincang pada malam itu dengan akrabnya, bulanpun seakan mengerti perasaan roby, ia menerangi malam dengan indahnya seindah perasaan roby ketika mendegar anggun meminta roby untuk menjemputnya esok saat akan pergi ke kampus…”rob besok kamu bisa ga jemput aku?”, tanya anggun. “Bisa…tapi aku…tapi naik apa?!”, jawab roby berkata dengan bimbang. “Aku bukan cewek matre rob…kamu biasa bawa motor kan,,motor merah itu”, balas anggun. “Ha?! Kok tahu?...”, tanya roby. “Tahu donk”, jawab anggun. “Ok deh besok aku jemput kamu, tapi jangan ngehina ya”. Mereka lalu tertawa, bahagia sungguh bahagia…anggun adalah wanita pertama yang menghubungi roby setelah teman-temannya mengetahui penyakit yang di derita roby. Tapi anggun terlihat tak peduli dengan hal itu…ia berbincang dengan roby dengan nada-nada suara yang juga bahagia, apa anggun memiliki perasaan yang begitu dalam terhadap roby?...
***
Esok saat pagi datang, roby terlihat rapi dan bahagia bergegas sarapan…”wah rapi banget anak mama satu ini..”, canda mama roby. “Biasa ma…anak muda”, balas papa roby yang tersenyum sambil menatap roby. “Ah biasa aja ma…”, jawab roby yang tergesa-gesa menghabiskan makanannya. “Ma, pa…roby pergi dulu ya…”. “Kok buru-buru sih?”, sindir mama roby. Roby hanya menjawab dengan senyum dan langsung pamit kepada kedua orang tuanya dengan mengecup tangan kanan mereka.